Page Contents
- 1 Awalnya Saya Nggak Tahu Siapa Itu Tony Sumampau
- 2 Taman Safari Itu Bukan Cuma Tempat Piknik
- 3 Pelajaran yang Gue Ambil dari Cara Hidup Tony
- 4 Nggak Semua Orang Tahu, Tapi Alam Merasakannya
- 5 Inspirasi Buat Blogger Seperti Gue
- 6 Kenapa Indonesia Butuh Lebih Banyak “Tony Sumampau”
- 7 Penutup: Dari Terinspirasi ke Ikut Beraksi
Tony Sumampau, gue nggak malu ngakuin, dulu gue nggak tahu siapa itu Tony Sumampau. Nama itu asing banget di telinga. Tapi gue tahu Taman Safari. Siapa sih yang nggak? Tempat wisata edukatif yang seru, lengkap, dan… penuh satwa liar tapi terasa dekat.
Nah, awal mula gue “kenal” Tony itu pas nonton dokumenter pendek di YouTube. Tentang pelepasliaran banteng Jawa ke habitat aslinya. Di situ ada bapak-bapak berkacamata, ngomong santai tapi dalam. Ternyata itu Tony Sumampau, Komisaris Taman Safari Indonesia. Orang di balik layar konservasi satwa yang ternyata… nggak main-main.
Dan sejak saat itu, gue mulai ngulik-ngulik lebih dalam. Siapa dia? Apa aja yang dia lakukan? Dan kenapa kok banyak banget orang konservasi hormat sama beliau?
Awalnya Saya Nggak Tahu Siapa Itu Tony Sumampau
Dari Sirkus ke Konservasi – Perjalanan yang Nggak Biasa
Ternyata, keluarga Tony Sumampau itu dulunya pemain sirkus. Beneran. Bukan sirkus biasa, tapi Oriental Circus Indonesia (OCI) — yang sempat terkenal banget di tahun 60-80an.
Gue awalnya mikir, “Loh, bukannya sirkus itu eksploitasi satwa?” Tapi ternyata dari sana justru muncul rasa cinta yang besar ke hewan-hewan. Tony bilang, dia melihat sendiri gimana satwa bisa diajak kerja sama, dipelihara, dan dimengerti — bukan dipaksa.
Ketika tren sirkus mulai turun dan isu kesejahteraan hewan makin naik, Tony dan keluarga memutuskan fokus ke Taman Safari — sebagai tempat konservasi, edukasi, dan wisata yang bertanggung jawab.
Itu menurut gue langkah besar. Nggak semua orang mau ubah arah hidup demi nilai. Dan itu ngena banget ke gue, yang kadang aja sulit move on dari zona nyaman.
Taman Safari Itu Bukan Cuma Tempat Piknik
Gue pernah dua kali ke Taman Safari Cisarua. Dulu gue kira cuma tempat jalan-jalan liat hewan dari mobil. Tapi ternyata di balik semua wahana, ada kerja konservasi yang serius banget.
Tony dan timnya terlibat dalam program pelestarian satwa langka kayak:
-
Banteng Jawa
-
Harimau Sumatra
-
Burung Kacamata Wangi-Wangi
-
Owa Jawa
Mereka kerja sama dengan taman nasional, peneliti, bahkan pemerintah daerah buat ngelepasin hewan ke alam — dan bukan asal lepas, tapi dengan rehabilitasi dulu. Ada proses adaptasi, pemantauan, dan pengawasan ketat.
Dan yang gue kagumi: semua itu jarang disorot media. Mereka kerja dalam diam. Nggak banyak gimik. Tapi nyata, dikutip dari laman resmi Tempo.
Pelajaran yang Gue Ambil dari Cara Hidup Tony
Buat gue, Tony Sumampau adalah contoh orang yang nggak butuh panggung buat berdampak.
Dia lebih suka kerja di belakang layar. Tapi hasilnya? Lihat sendiri: Taman Safari tetap eksis, tetap relevan, dan bahkan sekarang makin hijau dan modern.
Beberapa hal yang gue pelajari dari beliau:
-
Cinta itu nggak ribut. Dia cinta hewan, tapi nggak harus jadi aktivis yang teriak-teriak. Dia kerja nyata.
-
Transisi itu penting. Dari sirkus ke konservasi, itu lompatan mental dan bisnis yang besar.
-
Kalau bisa bantu bumi, bantu aja. Nggak usah tunggu viral dulu baru gerak.
-
Leadership itu tentang membangun sistem. Banyak alumni Taman Safari sekarang kerja di lembaga konservasi lain. Artinya, Tony bukan cuma bikin lembaga — dia nyetak generasi.
Nggak Semua Orang Tahu, Tapi Alam Merasakannya
Gue pernah baca satu artikel tentang Tony yang lagi ikutan pelepasliaran burung di Wakatobi. Burung kecil, endemik, yang bahkan sebagian orang nggak tahu eksistensinya: Zosterops paruhbesar.
Itu bikin gue mikir: kenapa susah-susah? Kenapa peduli banget sama spesies yang mungkin cuma hidup di satu pulau kecil?
Dan jawabannya ketemu di salah satu kutipan beliau:
“Alam itu seperti sistem. Kalau satu komponen rusak, semuanya bisa ikut ambruk. Kita jaga yang kecil, karena itu bagian dari yang besar.”
Gila, dalem banget.
Inspirasi Buat Blogger Seperti Gue
Setelah baca dan nonton tentang beliau, gue mulai ubah arah konten blog gue. Dulu isinya cuma review gadget dan cafe. Sekarang gue mulai tulis tentang:
-
Hutan di sekitar rumah
-
Komunitas penanaman mangrove
-
Profil tokoh-tokoh lokal yang kerja buat lingkungan
Dan surprisingly, trafik blog naik. Karena ternyata pembaca haus konten yang real dan punya jiwa.
Gue pikir: kalau Tony Sumampau bisa berdampak tanpa harus viral, kenapa gue nggak bisa nulis dengan tujuan yang sama?
Kenapa Indonesia Butuh Lebih Banyak “Tony Sumampau”
Jujur aja, dunia kita makin rusak. Hutan berkurang, satwa punah, dan manusia makin cuek. Tapi orang kayak Tony ngajarin kita bahwa masih bisa kok, bangun sesuatu yang ramah, berkelanjutan, dan tetep asik.
Indonesia punya banyak spesies endemik. Tapi tanpa orang-orang kayak Tony, bisa habis dalam diam. Makanya, sosok kayak beliau itu langka. Dan perlu terus diangkat.
Gue nulis ini bukan buat muji-muji doang. Tapi buat bilang: kalau kamu bisa jadi sedikit aja seperti beliau — dalam profesimu sendiri — itu udah luar biasa.
Penutup: Dari Terinspirasi ke Ikut Beraksi
Tony Sumampau mungkin nggak pernah tahu ada orang kayak gue yang nulis begini tentang dia. Tapi dampaknya terasa.
Dia inspirasi diam-diam buat banyak orang. Dan semoga tulisan ini bikin kamu juga pengen gerak. Entah itu nanem pohon, bikin konten lingkungan, ngajak adikmu ke Taman Safari, atau sesimpel berhenti buang sampah sembarangan.
Karena dunia ini bukan cuma buat kita. Tapi juga buat generasi yang belum lahir.
Baca Juga Artikel dari: Grand National Irlandia: Dari Turis Gagap Sampai Terpukau
Baca Juga Konten dengan Aritkel Terkait Tentang: Biography