Page Contents
- 1 Latihan Cerita Diri Pakai Format STAR
- 2 Jawab Sesuai Posisi yang Dilamar, Bukan Ngasal
- 3 Jangan Takut Ngomong “Saya Pernah Gagal” (Asal Ada Belajarnya)
- 4 Tampil Autentik Tapi Tetap Profesional
- 5 Siapin Pertanyaan Balik yang Nunjukin Ketertarikan
- 6 Jangan Fokus Bikin Impresi, Tapi Bangun Koneksi
- 7 Pakaian Itu Komunikasi Nonverbal
- 8 Datang 10-15 Menit Lebih Awal Buat Kalibrasi Diri
- 9 Jangan Menghafal, Tapi Pahami
- 10 Setelah Interview, Follow Up dengan Sopan
- 11 Penutup: Interview Itu Skill yang Bisa Dilatih
Interview Kerja, gue masih inget jelas gimana interview kerja pertama gue berjalan. Dandan udah rapi, kemeja disetrika, rambut disisir. Tapi begitu duduk di depan pewawancara… blank total. Ditanya, “Ceritain tentang diri kamu,” otak gue cuma muter-muter kayak loading YouTube pakai sinyal 1 bar.
Padahal itu pertanyaan paling klasik, ya. Tapi karena gugup dan nggak punya persiapan mental yang matang, semua yang mau gue bilang hilang begitu aja.
Sejak hari itu, gue janji sama diri sendiri: kalau ada Interview Kerja lagi, gue harus punya strategi. Bukan cuma soal jawabannya, tapi juga cara mikir, cara bicara, dan cara bikin pewawancara tertarik sama gue.
Dan inilah beberapa tips interview kerja yang bener-bener gue pelajari lewat trial-error, bukan hasil copas dari artikel biasa.
Latihan Cerita Diri Pakai Format STAR
Pertanyaan “Ceritain tentang diri kamu” itu bukan buat dengerin riwayat hidup lengkap. Tapi lebih ke: siapa kamu secara profesional, dan apa nilai kamu buat posisi yang dilamar.
Akhirnya gue mulai pakai teknik STAR:
-
Situation: Gue mulai cerita konteksnya
-
Task: Apa peran gue?
-
Action: Apa yang gue lakukan?
-
Result: Hasilnya gimana?
Contoh:
“Saya pernah handle campaign digital marketing untuk UMKM yang sebelumnya nggak pernah promosi online. Tantangannya, mereka belum tahu apa-apa soal iklan digital. Saya ajak ngobrol langsung, bikin strategi konten simpel, lalu luncurkan FB Ads. Hasilnya, dalam sebulan, penjualan online mereka naik 60%.”
Jauh lebih kuat dibanding, “Saya kerja di bagian marketing selama 1 tahun.” Bener nggak?
Jawab Sesuai Posisi yang Dilamar, Bukan Ngasal
Gue pernah wawancara untuk posisi content writer. Tapi jawaban gue banyak muter ke “pengalaman desain grafis” karena pengen nunjukin gue multitalenta. Hasilnya? Gagal. 😅
Baru sadar kemudian: rekruter pengen tau apakah kamu cocok untuk posisi spesifik ini. Jadi fokus aja. Kalau melamar jadi customer service, tonjolkan skill komunikasi dan sabar menghadapi klien. Kalau jadi data analyst, fokus ke problem solving dan ketelitian.
Tips real: Baca ulang job description dan cocokkan jawabannya. Kayak bikin puzzle—mereka nyari potongan yang pas.
Jangan Takut Ngomong “Saya Pernah Gagal” (Asal Ada Belajarnya)
Salah satu jawaban paling kuat gue waktu Interview Kerja terakhir justru waktu gue cerita soal kegagalan.
Waktu itu gue bilang:
“Saya pernah gagal handle proyek karena kurang komunikasi dengan tim. Tapi dari situ saya belajar pentingnya update progress dan sekarang saya selalu pakai tools kayak Trello atau Notion biar transparan.”
Dan rekruternya langsung jawab, “Wah, itu penting banget di sini.”
Kunci sukses Interview Kerja bukan sempurna. Tapi bisa reflektif dan berkembang.
Tampil Autentik Tapi Tetap Profesional
Gue pernah terlalu formal karena takut dianggap nggak serius. Tapi jatohnya kayak robot. Di Interview Kerja selanjutnya, gue tetap sopan, tapi santai. Senyum, kasih ekspresi, dan ngobrol kayak manusia.
Dan hasilnya? Interview Kerja berjalan lebih cair.
Catatan: Jangan overacting juga. Jangan terlalu becanda kalau pewawancaranya serius. Tapi ngobrol itu dua arah, bukan sidang skripsi.
Siapin Pertanyaan Balik yang Nunjukin Ketertarikan
Ini yang bikin pewawancara inget sama lo. Di akhir Interview Kerja, jangan bilang, “Enggak ada pertanyaan, Kak.”
Coba tanya:
-
“Gimana budaya kerja di sini?”
-
“Tim ini biasanya pakai tools atau workflow seperti apa?”
-
“Apa tantangan terbesar untuk posisi ini dalam 3 bulan pertama?”
Itu nunjukin lo niat, kritis, dan bukan pelamar asal lamar.
Jangan Fokus Bikin Impresi, Tapi Bangun Koneksi
Setelah beberapa kali interview, gue sadar: rekruter itu manusia juga. Mereka juga capek, mereka juga bisa bosan. Jadi, kalau lo bisa bikin mereka nyaman dan merasa ngobrol sama orang yang genuine, lo punya nilai plus.
Dan yang lebih penting, jangan terlalu desperate. Jangan sampe energi lo kayak, “Tolong terima saya, saya butuh banget.” Itu bikin vibe lo jadi pressure instead of value.
Pakaian Itu Komunikasi Nonverbal
Gue pernah datang Interview Kerja startup pakai setelan formal banget—jas dan dasi. Ternyata semua orang di sana pakai hoodie. Gue kelihatan out of place.
Sejak itu gue belajar: sesuaikan gaya berpakaian dengan budaya perusahaan. Nggak harus stylish, tapi rapi dan representatif. Di industri kreatif? Kasual rapi oke. Di korporat? Semi-formal lebih aman, dikutip dari laman resmi CIMB NIAGA.
Datang 10-15 Menit Lebih Awal Buat Kalibrasi Diri
Bukan cuma soal disiplin. Tapi waktu datang lebih awal, lo bisa:
-
Atur napas
-
Cek penampilan
-
Ngeliat lingkungan
-
Bikin mental lebih siap
Dan ya… jangan sampai telat. Sekali telat, 50% impresi udah jeblok.
Jangan Menghafal, Tapi Pahami
Ini kesalahan gue dulu: hafalin jawaban dari internet. Dan waktu pertanyaannya diubah dikit… langsung gugup.
Solusinya? Pahami struktur jawaban, bukan isi mentahnya. Pahami konsep STAR, siapkan 2-3 cerita pengalaman, dan biasakan cerita dari hati.
Gue biasanya latihan depan kaca atau rekam pakai HP, terus dengerin ulang. Dari situ keliatan nada bicara, kecepatan, dan vibe-nya.
Setelah Interview, Follow Up dengan Sopan
Ini bagian kecil yang sering dilupain. Setelah Interview Kerja, kirim email atau pesan singkat (kalau dikasih kontak HR) buat bilang terima kasih.
Contoh:
“Terima kasih atas waktunya hari ini. Saya senang bisa belajar lebih banyak tentang [nama perusahaan], dan tetap antusias terhadap peluang ini.”
Simple, tapi nunjukkin attitude positif.
Penutup: Interview Itu Skill yang Bisa Dilatih
Gue dulu mikir interview itu soal hoki. Tapi ternyata, Interview Kerja itu skill. Bisa dipelajari, diasah, dan ditingkatkan.
Jadi kalau lo gagal satu, dua, bahkan tiga kali—jangan down. Semua pelamar pernah gagal. Yang penting, evaluasi dan improve terus.
Ingat:
-
Persiapan itu kunci
-
Kejujuran itu kekuatan
-
Cerita pengalaman lebih ngena daripada kata-kata keren
Dan yang paling penting… percaya diri. Karena lo nggak cari kerja doang. Lo juga lagi cari tempat yang cocok buat berkembang.
Baca Juga Artikel dari: Mengoptimalkan Google Bisnisku: Nol Hingga Ramai Pelanggan
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Information